Maksud hati ingin mengajari si kecil berbagi, apa daya cara kita keliru, karena menyalahi hukum-hukum kepemilikian anak balita.
Kalau sedang kamu mainkan, juga punyaku.
Kalau kemarin kumainkan sampai bosan,
lalu hari ini kamu mainkan, ya tetap punyaku.
(The Law of Mine - Jeff Herring)

Lucu ya. hukum kepemilikan di atas. Di balik kelucuannya sebenarnya hukum itu mengandung sesuatu yang serius dan tak boleh kita abaikan. Yakni: karakteristik alami anak balita yang posesif (suka menguasai miliknya).
Posesif adalah bagian dari tahap perkembangan sosial emosional anak usia prasekolah. Tahap posesif merupakan langkah penting menuju tahap berbagi. Sebelum bisa memahami berbagi, anak-anak harus merasakan kepemilikan dulu. Biasanya anak mulai memahami kepemilikan di usia 2,5 tahun, dan baru akan belajar berbagi di usia 3-4 tahun.
Meskipun belum menjadi prioritas anak balita, kita tetap perlu mengajar anak untuk berbagi. Menurut Donald K. Freedheim, Ph.D., direktur dan pendiri Schubert Center for Child Development di Case Western Reserve University, Cleveland, AS. " Anak seperti orang asing yang harus belajar kebiasaan/adat istiadat negeri kita ".
Umumnya, orang tua sudah menyadari pentingnya mengajari anak balita untuk berbagi. Sayangnya, banyak yang belum paham bahwa hukum kepemilikan anak balita tidak boleh diabaikan dalam mengajarkan berbagi. Akibatnya, cara-cara yang digunakan untuk mengajari si balita untuk berbagi menjadi tidak tepat, alias keliru.
Nah, cara mengajar yang keliru menyebabkan hasil jadi tak optimal, bahkan bisa berbuah kegagalan. Mengacu pada materi program Early Chilhood Family Education yang digunakan di Distrik Sekolah Owatonna, Minnesotta, AS, inilah enam kekeliruan yang lazim dilakukan orang tua ketika mengajari anak balita untuk berbagi :
Memaksa anak berbagi
Cara ini menambah rasa tidak aman pada diri anak.Sebaiknya:
- Pahami pada benda-benda yang bagi anak sulit sekali membaginya, misalnya barang baru atau favorit.
- Pisahkan beberapa minan yang hanya milik mereka , dn tidak harus dibagi-bagi dengan teman atau saudaranya.
- Tunjukkan bahwa mainannya tetap miliknya, biarpun sedang di[akai anak lain.
Mengabaikan kepemilikan orang lain
Misalnya: membiarkan/membiasakan anak memakai milik orang tanpa izin, merebut antrean atau barang orang lain. Sebaiknya:
- Beritahu apa saja yang menjadi milik orang atau milik sekelompok orang.
- Biasakan anak untuk menanyakan siapa pemilik suatu benda dan minta izin sebelum memakainya.
- Tunjukkan cara menunggu giliran dan minta izin.
- Pahami jika anak menolak mengindahkan kepemilikan orang tapi tetaplah tegas.
Memarahi atau menunjukkan rasa malu, jika anak tak mau berbagi
Cara ini memperparah rasa tidak aman pada diri anak.Sebaiknya :
- Tunjukkan pengertian : "Mama tahu, kamu sulit meminjamkan mobil trukmu, itu kan mainan kesayanganmu."
- Bicarakan apa yang membuat anak takut berbagi.
- Yakinkan anak, bahwa miliknya akan kembali.
Berbagi atas nama anak
Cara ini melecehkan kepemilikan anak, menghambat tumbuhnya sikap pemurah, menimbulkan kecemburuan, dan membuat anak makin ketat menjaga kepemilikannya. Sebaiknya :
- Minta izin pada anak sebelum meminjamkan mainannya pada orang lain.
- Biarkan anak memutuskan mainan mana yang mau disimpan sebelum anak yang lain datang.
- Mintalah teman-temannya untuk membawa mainan sendiri sampai anak belajar berbagi.
- Jika anak berebut mainan, biarkan mereka mengatasinya sendiri sebelum turun tangan, kecuali situasinya mulai membahayakan.
- Pujilah jika anak berhasil mengatasi perselisihan secara damai.
Tidak memberi teladan
Sebaiknya : beri ia teladan, misalnya :
- Tawarkan anak camilan dari piring kita.
- Biarkan anak ikut melihat buku, majalah atau mencoba ponsel kita
- Tiap kali berbagi dengannya, Jelaskan : "Ini punya mama, mama senang berbagi dengan kamu.
Kurang bijaksana
Misalnya : banyak berdebat saat menyuruh anak berbagi; tidak memperhatikan bahwa anak sedang lelah, lapar atau mengambek; belum membekali cara meminta/meminjam dengan sopan. Sebaiknya :
- Gunakan jam alarm, untuk menentukan kapan anak harus menyerahkan mainan. Cara ini dapat mengurangi perdebatan atau gengsi berbagi.
- Perhatikan kondisi anak Jangan paksa berbagi bila kondisinya sedang tidak oke.
- Ajarkan anak untuk meminta dengan sopan, misalnya: "Aku boleh pinjam bola nggak kalau sudah selesai ?"
Semoga dengan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan, kita bisa mengajarkan anak indahnya berbagi.
0 komentar:
Posting Komentar